RO - Gelembung udara berukuran besar ditemukan di Perairan Selat Sunda, Lampung. Fenomena ini muncul di bibir pantai Gunung Anak Krakatau.

Kemunculan fenomena alam gelembung udara di lautan Selat Sunda ditemukan secara tak sengaja petugas pengamanan dari BKSDA Bengkulu Lampung berpatroli menggunakan kapal di sekitar Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau.

Gelembung udara berjumlah lebih dari satu, ditemukan di bagian sisi timur Gunung Anak Krakatau. Dari kejauhan terlihat permukaan air laut seperti sedang bergolak. Bentuknya mirip dengan gelembung yang dikeluarkan pompa di dalam akuarium.

Dilansir dari Viva.co.id, fenomena alam itu ditemukan petugas di sisi timur bibir pantai Gunung Anak Krakatau, berupa gelembung besar yang menyembur dari dasar lautan ke permukaan air laut. Gelembung itu tak cuma satu, ada yang lainnya dan aktivitas gelembung itu menyebabkan air di sekitar lokasi menjadi bergolak.

Saat itu petugas tidak sedang meneliti aktivitas Gunung Anak Krakatau, tapi mereka sedang melakukan patroli pengamanan wilayah Cagar Alam dan Cagar Alam Laut atau CA dan CAL Kepulauan Krakatau.

Meski tidak mengetahui apa yang terjadi dengan gelembung itu. Namun, petugas menduga kemunculan gelembung itu ada kaitannya dengan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.

Nah, VIVA.co.id telah menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Dan terungkap fakta bahwa sebenarnya fenomena gelembung yang ditemukan petugas BKSDA itu memang ada di sekitar bibir pantai Gunung Anak Krakatau.

Fakta ini diterangkan Kepala Bidang Gunungapi PVMBG, Hendra Gunawan.

 "Kalau sekitar GAK (Gunung Anak Krakatau) sejak tahun 2007 juga setidaknya memang ada gelembung dan membuat sedikit menjadi hangat di satu titik di pantai GAK," kata Hendra.

Hendra menjelaskan, gelembung yang muncul di Selat Sunda itu berasal dari lubang-lubang yang ada di tubuh Gunung Anak Krakatau.

"Di bagian tubuh gunungapi ada lubang-lubang keluar gas dan suhunya sedikit hangat adalah fenomena umum," ujar dia.

Menurut Hendra, meski gelembung yang muncul terjadi menerus. Tapi berdasarkan pengamatan PVMBG, aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tenang.

"Secara umum aktivitas GAK sejak 1 bulan terakhir relatif tenang, jumlah gempa vulkanik yg terekam sedikit (-/+ 5 kejadian per hari), demikian juga secara visual, berupa hembusan asap putih dengan tinggi 50-100 meter per harinya," kata dia.

 Untuk diketahui, Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Bahkan letusannya 22 Desember 2020 telah memicu terjadinya gelombang tsunami yang menerjang Anyer, Banten. (*)