Foto: Flickr

Kurikulum Budaya Warisan Leluhur Indonesia Untuk Pembangunan yang Ideal di Era Digitalisasi


Oleh : Bagus Galih Prakasa


Kita mulai dari perspektif komunikasi digital, sebelum membahas tentang pembangunan yang ideal di era digitalisasi yang marak terjadi belakangan ini, pemalsuan berita dan Hoax. Dalam membangun media yang jujur dan melihat dari sudut pandang era digitalisasi percepatan komunikasi, kini dapat dijangkau dengan persekian detik dan semua orang bahkan semua umur dari berbagai kalangan kini dapat melihat isi berita tersebut.


Namun apa yang terjadi, adalah pebedaan pola pikir yang semakin terlihat di era sekarang ini, perdebatan terjadi dimana mana, peselisihan paham terjadi bahkan untuk golongan atas atau pemerintah kini tidak lagi selalu menjadi yang teratas, melaikan pemerintah saat kini takluk dengan segerombolan warga di internet (netizen). 


Pemerintah tidak bisa memalsukan berita ataupun  memalsukan kasus,  the power people biasa kita sebut (netizen) tidak bakal tinggal diam mereka secara bersama sama membongkar sedikit demi sedikit tentang kasus - kasus yang dulu tidak ada atau tidak terlihat sebab media secara gamblang menyembunyikan keaslian informasi tersebut, semuanya di atur oleh pemerintah, sekarang masyarakat digital (Netizen) lebih pintar dan lebih terbuka berkat bantuan social media internet. 


Sekarang semua orang bisa mengaksesnya, ini lah yang menjadikannya bias, dunia sekarang tidak ada yang pasti membias semua nya, kontrofersi dimana mana, ribut dimana mana, kisruh tak tertahankan. Sebagai kaum terpelajar seperti kita (mahasiswa) atau siapapun yang mempunyai peran andil dalam perdamaian, dapat mencurahkan ide serta gagasan kepada masyarakat supaya tidak terpovokasi dengan berita - berita yang tidak valid.


Dalam percepatan digitalisasi juga mengancam orang, menjadi bukan seperti dirinya sendiri , role model dikalangan remaja saat ini, mereka lebih  mengacu dan mengkiblatkan orang orang luar negri atau budaya asing yang tidak berlandaskan idiologi kita sebagai bangsa Indonesia dan tidak lagi menganut adat istiadat orang melayu, dari pakaian , gaya hidup, dan Bahasa sehari hari, ditambah lagi dengan social media yang melihat dan menilai dari segi materialis, jadi sekarang terlihat sangat berbeda jauh, kesenjangan kesenjangan yang Nampak sekarang hanya  harta, tahta, dan bahkan status social.


Tapi setelah melihat dari sisi negative tentang digitalisasi ada juga dampak positif dari komunikasi digital seperti sekarang ini, kemudahan kemudahan terjadi.  Jarak ,sampai ilmu  pengetahuan  mudah didapatkan dengan cepat dibanding dulu sebelum ada  internet. Anak anak generasi sekarang lebih kreatif dan cekatan dalam informasi digital, daya pikir mereka lebih cepat terbuka berkat kecanggihan digitalilasi sekarang ini dibandingkan era analog.


Kemudian Untuk menjawab tentang masalah pembangunan  yang ideal sekarang ini di indonesia,  harus ada pendekatan tentang isu isu yang berkaitan dengan budaya kita, yaitu budaya NKRI dan terus mempertahankan ke Bhinekaan kerukunan dan adat istiadat, semua media semua partisipan dan pemerintah harus terus melestarikan budaya - budaya Indonesia lalu mengkampanyekan  budaya Indonesia dengan warisan leluhur kita. 


Di dunia pendidikan terutama, harus menerapkan nilai nilai budaya, atau kurikulum tentang budaya Indonesia  batik Indonesia contohnya diterapkan sejak pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan sekolah menengah atas, kurikulum budaya yang di terapkan sejak dini membantu pembangunan kultur digitalisasi lebih balance dengan seiring perkembangan teknologi digital yang marak belakangan ini. Generasi muda adalah generasi yang bakal membangun peradaban di Indonesia nantinya.


Supaya ditanmkan sejak dini, pemerintah serta jajaran kaum yang mengatur tentang pendidikan, ekonomi serta politik harus membuat kebijakan tentang kebudayaan. Indonesia akan terus ada karena adanya kebudayaan  nenek moyang yang terus diwariskan sampai kelak cucu – cucu kita nanti. 


Menerapkan kesenian daerah juga memacu perkembangan moral adat istiadat yang menjadikan sebagai karakter budaya Indonesia yang kreatif, dengan memperbanyak isu isu atau konten – konten budaya di media social. Hal tersebut akan menimbulkan semangat untuk menjaga budaya Indonesia yang saat ini mulai memudar akibat perkembangan digitalisasi modern, kita akan mampu melestarikan budaya Indonesia sehingga pembangunan khususnya di Indonesia tidak rapuh dan kita sebagai bangsa Indonesia akan mempunyai jati diri dan mempunyai ciri khas bangsa itu sendiri.  Karena  banyak negara – negara  lain yang tidak memilikinya, banyak sekali aspek - aspek yang harus di kampanyekan kembali tentang melestarikan kebudayaan Indonesia, jangan sampai kita kehilangan lagi dan budaya kita diakui negara lain. 

Bagus Galih Prakasa